Minggu, 29 Maret 2015

ROMANTISME

Romantis.. Kata yg diidamkan terutama oleh kaum hawa, yg kdg sulit dimengerti oleh kaum adam. Memang, seseorg memandang sesuatu tergantung dr sudut pandang yg dipakai org tsbt. Dan cara pandangnya itu akan menentukan sikap dan tingkah lakunya. Termasuk juga sesuatu yg dikatakan romantis, maka seseorg memandang makna romantis tergantung dr sudut pandangnya. Dan sudut pandang ini dipengaruhi terutama dr apa yg dia lihat, dengar atau rasakan dr lingkungannya selama dia hidup.

Paling tidak ada dua makna romantis menurut pikiran penulis:

(1) Kebanyakan, seorg wanita memaknai sesuatu itu romantis jika pasangannya melakukan sesuatu yg sering meraka lihat dan dengar, terutama dr layar kaca baik itu sinetron, film, iklan atau telenovela. Di situ kadang dipertontonkan bahwa sesuatu yg romantis jika pasangannya menatapnya dalam, menggendongnya mesrah, mengucapkan pujian setinggi langit, memberinya sekuntum bunga, cincin atau coklat di bawah rembulan malam atau di sebuah rumah makan mewah dengan lilin sebagai penerangnya dgn alunan musik lembut mendayu-dayu. Jika pasangan prianya telah melakukan hal tersebut, maka si wanita akan merasakan perasaan senang berbunga-bunga, terbuai, terlena dan kemudian semakin jatuh ke dalam perasaan cinta yg smakin dalam dan timbul rasa percaya kepada sang pria bahwa dia benar-benar mencintainya, karena telah melakukan sesuatu hal yg sungguh romantis dan so sweet bgt kepadanya. Sehingga apapun yg dikatakan dan diminta oleh si pria, maka si wanita akan spontan manggut, percaya, takluk bahkan rela dan ikhlas padanya sbg balasan atas pengorbanan 'romantisme' si pria yg bgtu luar biasa di mata wanita.

(2) Sedangkan makna romantis yg lain, merupakan makna yg sering muncul dr sudut pandang seorg pria, yg kadang dianggap pasangan wanitanya sbg sesuatu yg biasa atau lazim saja. Mencari nafkah halal dr pagi sampe pagi, berbelanja kebutuhan dapur dan rumah tangga di pasar yg bau, panas dan becek, mengangkat galon dan gas yg beratnya melebihi barbel di tempat fitnes, memikirkan bgmna caranya berhemat agar kebutuhan pokok keluarga terpenuhi, agar gizi keluarga tercukupi, atau membantu pekerjaan rumah tangga lain sperti membantu cuci piring dan pakaian serumah, memasak,membersihkan rumah atau sekedar melayani diri sendiri agar si wanita berkurang kerepotannya dalam melayani pasangannya.

Menurut anda yg manakah yg lebih layak dikatakan romantis? Sekali lagi bergantung dr sudut pandang kita.

Menurut penulis yg merupakan seorg pria (berdasarkan penilaian yg obyektif ya), keduanya merupakan sesuatu yg romantis. Namun, makna yg kedua merupakan romantis yg lebih benar dan nyata. Dengan kata lain, makna yg pertama sedikit lebih memungkinkan memiliki sifat yg semu dan menipu. Artinya hal tersebut bisa saja dilakukan pria kpd wanita krn ada sesuatu yg dia harapkan dr si wanita. Artinya ada imbalan yg diharapkan dr pasangnnya. Seandainya pun, ternyata hal tersebut ikhlas dilakukan oleh seorg pria, maka apa manfaat yg diperoleh sorg wanita setelahnya? Mungkin awalnya hanya euforia (rasa senang), yg lambat laun akan hilang dan ternyata kurang bermanfaat dikemudian hari. Krn wanita makhluk perasa, maka hal yg pertama itu sering dimanfaatkan pria utk mendapatkan sesuatu yg diinginkan dr si wanitanya. Jadi, hati2 lah... Selain itu, contoh yg pertama bisa dilakukan oleh semua pria, sedangkan yg kedua hanya sedikit yg bisa melakukannya krn berbagai alasan, sprti capek, males, bkn tugas saya/laki-laki, gengsi, malu, merendahkan kaum pria dan sejenisnya. Pria di contoh pertama blm tentu mau melakukan contoh kedua, bahkan contoh pertama itu hanya bersifat insidentil yg hanya dilakukan sekali-kali. Sedangkan pria pd contoh yg kedua biasanya akan lebih sering dilakukan. Jd yg mana lebih baik dan menguntungkan bg si wanita?

Berbeda dengan makna romantis yg kedua. Di mana hal tersebut, benar2 lebih mencerminkan rasa cinta yg lebih nyata kpd seorg wanita. Mengapa? Karena hal2 tersebut terjadi secara lebih konsisten, berulang2 tiap hari, dan lebih banyak mengorbankan sumber daya (tenaga, moral, waktu dan harta) yg dimiliki si pria dibandingkan jenis romantisme yg pertama. Namun mengapa hal tersebut kadang dianggap sbg sesuatu yg biasa saja (bukan hal yg romantis) di mata wanita? Jawabannya, karena kadang si wanita hanya bisa mengindra yg terlihat didepannya saja, tanpa berfikir lebih dalam lagi.

Saya ambil satu contoh saja, yaitu mencari nafkah yg dilakukan si pria utk pasangan wanitanya. Apakah si wanita mengetahui pengorbanan seorg pria selama mencari nafkah halal utk keluarganya di luar? Rasa berat meninggalkan rumah yg teduh dan damai ke lingkungan kerja yg kadang liar dan tdk mengenal belas kasih. Mengendarai kendaraan motor yg mungkin saja sdh kurang layak pakai. Ban yg sdh tipis, rem yg kurang pakem, goncangan yg bikin pegal. Belum lagi terik matahari yg membakar kulit. Peluh keringat membasahi mgkn sesuatu yg sdh biasa. Belum hujan yg dinginnya menggigit, banjir dan becek yg membuat motornya mogok sehingga harus didorong. Belum macet, dan tentunya resiko kecelakaan yg cukup mengerikan. Nyaris tabrakan, merupakan hal yg lumrah terjadi pd pemotor yg keluar tiap hari, yg jika terjadi (naudzu billah) maka nyawa bisa jadi taruhan. Sampai ditempat kerja, sudah menanti kewajiban berat yg cukup byk menyita pikiran dan tenaga. Konflik dgn rekan, klien atau atasan merupakan hal biasa di lingkungan kerja. Itulah mengapa, istri yg menyambut suami yg baru pulang merupakan hal sepele namun penting dan sgt diharapkan suami. Mgkn ekspresi suami biasa saja saat disambut, namun dlm hatinya trdapat perasaan senang krn pengorbanannya seharian mencari nafkah sedikit dihargai. Ingatlah wahai istri, bahwa tdk semua pengorbanan suami diceritakannya kepadamu. Maka hargai setiap pengorbanannya utkmu.

Itu baru dari sisi mencari nafkah. Bgm dgn lainnya?

Sayangnya kadang si wanita tetap keukeh bahwa yg romantis itu adalah yg pertama. Ya sudahlah, mungkin pandangan romantis yg ditontonkan film2 di layar kaca msh melekat kuat dipikiran si wanita. Sayangnya, film2 itu hanya berdurasi 2-3 jam. Bukan berhari-hari, berminggu apalagi bertahun-tahun. Yg dimunculkan kebanyakan hal yg baik, romantis dan memiliki akhir yg bahagia. Krn tujuan film tersebut adalah utk membahagiakan si penonton, membuat penonton terpukau, bukan utk mendidik penonton atau menyajikan fakta kehidupan yg sebenarnya kpd penontonnya. Krn kalau bgt, maka penonton akan jemu. Maka kita tdk bisa menyamakan film dgn kehidupan nyata yg direncanakan seumur hidup. Ada anekdok, yg bertanya mengapa film2 terutama film korea itu romantis? Krn filmnya hanya berlangsung 2 jam..

Dan sayangnya lagi, romantisme 2 sejoli yg dipertontonkan film kebanyakan merupakan pasangan yg belum nikah/pacaran, sehingga cinta keduanya masih banyak bercampur dgn nafsu. Tentunya ini tdk layak dijadikan sbg penutan bg sepasang suami istri yg sah, yg menginginkan cinta sejati.

Jadi manakah yg lebih romantis? Silahkan jawab sendiri...

(mungkin bersambung)

fitgas